Jika hati kita menjawab belum mengenal Allah secara dekat, mari kita belajar bersama sama. Tidak ada kata terlambat karena usia takkan pernah memberi batasan kita dalam mengenal Allah sebagai mana pintu taubatNya masih terbuka sebelum nafas di tenggorokan. Sesungguhnya secara sadar atau tidak, Allah SWT begitu dekat dengan diri kita, namun kebanyakan dari kita belum menyadari betul sehingga kita malah meminta bantuan kepada selain Allah. Baiklah, mari kita mengenal Allah dengan lebih mendalam.
Saudaraku seiman kita pasti mengenal sebuah ungkapan “tak kenal maka
tak sayang?” demikian bunyi pepatah yang sudah tidak asing ditelinga kita.
Ungkapan tersebut bisa jadi cocok dengan judul diatas, bagaimana kita bisa mengenal Allah sedangkan kita tidak sayang kepada Allah. Nah, Apa wujud sayang kita kepada Allah? yaitu cukup dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Banyak
orang yang mengaku cinta kepada Allah, namun mereka tidak sayang kepada Allah. Terbukti secara identitas mereka mengaku islam, namun secara sikap dan ibadah tidak mencerminkan islam yang sesungguhnya, banyak
yang mengaku islam namun tidak menjalankan syariat islam itu sendiri. Sehingga bila boleh bertanya kita ini berada pada posisi yang mana? Belum mengenal Allah karena belum
menjalankan perintah Allah, atau mungkin kita sudah merasa kenal kepada Allah dan dekat dengan
Allah tapi belum bisa kaffah?
Nah saudaraku seiman, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?
Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majelis dzikir,
atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar
kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan, apakah hal tersebut dapat dikatakan sudah cukup layak bahwa kita telah mengenal Allah?
Mengenal Allah disini adalah bagaimana
dengan mengenal Allah, akan timbul rasa takut, tawakal, berharap,
menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada Allah. Sehingga kita bisa
mewujudkannya dalam betuk ketaatan dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Mengenal Allah ada
4 cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal uluhiyah
Allah, dan mengenal asma dan sifat Allah. Keempat cara ini telah disebutkan
didalam Al-quran maupun As Sunnah secara terperinci ataupun secara Umum atau
Global.
Mengenal Wujud Allah Artinya, percaya bahwa Allah itu ada.
Dan diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh
syari’at. Sehingga manusia yang ingin mengenal Allah dia harus yakin bahwa dirinya
diciptakan oleh Allah.
Nah apakah kita sudah yakin bahwa Allah yang menciptakan kita, jika kita sudah yakin maka kita telah berada pada satu tahap mengenal Allah. Namun jika kita belum cukup yakin maka alasan apakah yang masih membuat kita ragu? Apakah kita masih percaya dengan teori Darwin yang mengakatakan bahwa kita terbentuk dari evolusi seekor kera? Jika memang iya, maka marilah kita berucap taubat dan kembali kepada Allah. Apakah mungkin manusia yang begitu sempurna ini merupakan keturunan dari bangsa kera? Apakah kita pantas disamakan dengan kera? Semoga mas Darwin beserta pengikutnya dibukakan pengertian oleh Allah.
Nah apakah kita sudah yakin bahwa Allah yang menciptakan kita, jika kita sudah yakin maka kita telah berada pada satu tahap mengenal Allah. Namun jika kita belum cukup yakin maka alasan apakah yang masih membuat kita ragu? Apakah kita masih percaya dengan teori Darwin yang mengakatakan bahwa kita terbentuk dari evolusi seekor kera? Jika memang iya, maka marilah kita berucap taubat dan kembali kepada Allah. Apakah mungkin manusia yang begitu sempurna ini merupakan keturunan dari bangsa kera? Apakah kita pantas disamakan dengan kera? Semoga mas Darwin beserta pengikutnya dibukakan pengertian oleh Allah.
Setelah wujud Allah kita yakini, sekarang kita akan mengenal
dari Rububiyah Allah, yang artinya mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu
penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Atau dengan bahasa yang
sederhana, kita meyakini bahwa Allah berkuasa untuk menciptakan, mematikan,
mendatangkan manfaat, memberi rizki, sebagai dzat pengatur, penguasa, dan
pemilik hukum yang tunggal. Seperti firman Allah, “’Katakanlah!’ Dialah Allah
yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4). Dengan meyakini Rububiyah Allah, maka kita menjadi semakin yakin kepada Allah, namun jika kita belum yakin tentang hal tersebut,
berarti kita telah berbuat dzalim kepada Allah dan menyekutukan Allah dengan
MakhlukNya.
Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah
Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya: “Kalau kamu bertanya
kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.”
(QS. Az Zukhruf: 87)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang
menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka
akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan
menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)
Berikutnya kita mengenal Uluhiyah Allah, dimana kita
mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta,
tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari
jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Allah berfirman di dalam Al Qur’an: “Hanya kepada-Mu ya Allah
kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:“Dan apabila kamu minta maka
mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada
Allah.” (HR. Tirmidzi)
Allah berfirman:“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman:“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian
yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian
menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
Dan masih banyak lagi ayat atau hadis yang membahas tentang
Uluhiyah Allah. Tahap ini dapat dikatakan lebih sulit
karena bisa jadi amalan yang kita lakukan berbau syirik, namun jika kita
berniat kembali kepada Allah, maka kita akan belajar dengan benar sesuai
petuntuk Nabi yang mulia SAW.
Tahapan yang terakhir yaitu kita mengenal Allah dengan mengetahui
nama dan sifat Allah. Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama
yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan
beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati
diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang
mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:
“Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf:
186)
“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl:
60)
Dalam hal ini kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai
nama-nama yang baik seperti yang ada didalam asmaul husna (99 nama Allah)
Selain nama kita juga harus mengenal sifat-sifat Allah
seperti Allah tidak mengantuk atau tidak tidur, allah bergembira dll sesuai
yang tertera didalam Al-Quran atau As sunnah.
Nah saudaraku seiman, dari keempat cara diatas dapat
kita simpulkan bagaimana cara mengenal Allah adalah dengan meyakini bahwa Allah
itu ada, dia yang menciptakan kita, dia yang memberi kita kehidupan, dia yang
mengatur kita sehingga kita harus berdoa dan meminta kepadanya sesuai tuntunan Rasulullah dan kita harus yakin dan percaya bahwa Allah itu mempunyai nama dan sifat
yang paling baik untuk membedakan Allah sebagai sang Pencipta dengan makhluk ciptaanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar