Senin, 24 April 2017

MENGENAL SANG PENCIPTA

Saudaraku seiman, mungkin usia kita saat ini sudah 20an, 30an atau lebih... Bila kita boleh bertanya kepada diri kita sendiri sudahkah kita mengenal siapa Allah, Tuhan yang kita sembah sejak kita kecil sampai kita dewasa?
 Jika hati kita menjawab belum mengenal Allah secara dekat, mari kita belajar bersama sama. Tidak ada kata terlambat karena usia takkan pernah memberi batasan kita dalam mengenal Allah sebagai mana pintu taubatNya masih terbuka sebelum nafas di tenggorokan. Sesungguhnya secara sadar atau tidak, Allah SWT begitu dekat dengan diri kita, namun kebanyakan dari kita belum menyadari betul sehingga kita malah meminta bantuan kepada selain Allah. Baiklah, mari kita mengenal Allah dengan lebih mendalam.




Saudaraku seiman kita pasti mengenal sebuah ungkapan “tak kenal maka tak sayang?” demikian bunyi pepatah yang sudah tidak asing ditelinga kita. Ungkapan tersebut bisa jadi cocok dengan judul diatas, bagaimana kita bisa mengenal Allah sedangkan kita tidak sayang kepada Allah. Nah, Apa wujud sayang kita kepada Allah? yaitu cukup dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Banyak orang yang mengaku cinta kepada Allah, namun mereka tidak sayang kepada Allah. Terbukti secara identitas mereka mengaku islam, namun secara sikap dan ibadah tidak mencerminkan islam yang sesungguhnya, banyak yang mengaku islam namun tidak menjalankan syariat islam itu sendiri. Sehingga bila boleh bertanya kita ini berada pada posisi yang mana? Belum mengenal Allah karena belum menjalankan perintah Allah, atau mungkin kita sudah merasa kenal kepada Allah dan dekat dengan Allah tapi belum bisa kaffah

Nah saudaraku seiman, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?
Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan, apakah hal tersebut dapat dikatakan sudah cukup layak bahwa kita telah mengenal Allah?

Mengenal Allah disini adalah bagaimana dengan mengenal Allah, akan timbul rasa takut, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada Allah. Sehingga kita bisa mewujudkannya dalam betuk ketaatan dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Mengenal Allah ada 4 cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal uluhiyah Allah, dan mengenal asma dan sifat Allah. Keempat cara ini telah disebutkan didalam Al-quran maupun As Sunnah secara terperinci ataupun secara Umum atau Global.
Mengenal Wujud Allah Artinya, percaya bahwa Allah itu ada. Dan diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at. Sehingga manusia yang ingin mengenal Allah dia harus yakin bahwa dirinya diciptakan oleh Allah.

Nah apakah kita sudah yakin bahwa Allah yang menciptakan kita, jika kita sudah yakin maka kita telah berada pada satu tahap mengenal Allah. Namun jika kita belum cukup yakin maka alasan apakah yang masih membuat kita ragu? Apakah kita masih percaya dengan teori Darwin yang mengakatakan bahwa kita terbentuk dari evolusi seekor kera? Jika memang iya, maka marilah kita berucap taubat dan kembali kepada Allah. Apakah mungkin manusia yang begitu sempurna ini merupakan keturunan dari bangsa kera? Apakah kita pantas disamakan dengan kera? Semoga mas Darwin beserta pengikutnya dibukakan pengertian oleh Allah.

Setelah wujud Allah kita yakini, sekarang kita akan mengenal dari Rububiyah Allah, yang artinya mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Atau dengan bahasa yang sederhana, kita meyakini bahwa Allah berkuasa untuk menciptakan, mematikan, mendatangkan manfaat, memberi rizki, sebagai dzat pengatur, penguasa, dan pemilik hukum yang tunggal. Seperti firman Allah, “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4). Dengan meyakini Rububiyah Allah, maka kita menjadi semakin yakin kepada Allah, namun jika kita belum yakin tentang hal tersebut, berarti kita telah berbuat dzalim kepada Allah dan menyekutukan Allah dengan MakhlukNya.
Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya: “Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

Berikutnya kita mengenal Uluhiyah Allah, dimana kita mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah berfirman di dalam Al Qur’an: “Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Allah berfirman:“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman:“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
Dan masih banyak lagi ayat atau hadis yang membahas tentang Uluhiyah Allah. Tahap ini dapat dikatakan lebih sulit karena bisa jadi amalan yang kita lakukan berbau syirik, namun jika kita berniat kembali kepada Allah, maka kita akan belajar dengan benar sesuai petuntuk Nabi yang mulia SAW.

Tahapan yang terakhir yaitu kita mengenal Allah dengan mengetahui nama dan sifat Allah. Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:
“Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186)
“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)
Dalam hal ini kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai nama-nama yang baik seperti yang ada didalam asmaul husna (99 nama Allah)
Selain nama kita juga harus mengenal sifat-sifat Allah seperti Allah tidak mengantuk atau tidak tidur, allah bergembira dll sesuai yang tertera didalam Al-Quran atau As sunnah.
Nah saudaraku seiman, dari keempat cara diatas dapat kita simpulkan bagaimana cara mengenal Allah adalah dengan meyakini bahwa Allah itu ada, dia yang menciptakan kita, dia yang memberi kita kehidupan, dia yang mengatur kita sehingga kita harus berdoa dan meminta kepadanya sesuai tuntunan Rasulullah dan kita harus yakin dan percaya bahwa Allah itu mempunyai nama dan sifat yang paling baik untuk membedakan Allah sebagai sang Pencipta dengan makhluk ciptaanNya.
Tampilan Spoiler untuk Menyembunyikan Teks atau Kode

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

HASIL BUKANLAH PRODUK DARI SANG PENCIPTA

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Musa A.S. ditugasi mengimankan Fir'aun, tetapi sampai akhir hayat Fir'aun tetap m...