بسمالله رحمن رحيم
Hening, pasti beberapa sahabat pernah mendengar kata ini, banyak pula yg beranggapan bahwa istilah hening identik dengan
meditasi atau mengosongkan pikiran, ya memang benar... Hening itu semacam kondisi pikiran, hati, jiwa dan batin yang tenang, hampa, kosong, tentram, tidak ada apa-apa.
Orang jaman dahulu terbiasa melatihnya dengan cara bertapa atau bersemedi di gua-gua dan tempat sepi lainnya sampai berbulan-bulan atau bahkan hingga bertahun-tahun lamanya. Hal ini pasti akan terasa sangat berat bagi kaum modern saat ini. Namun bisa dilatih dengan cara yang sederhana dulu.
Sebagai contoh, suatu ketika saya hendak berangkat ke kampus dengan menggunakan jasa ojek online, tetapi langit tampak gelap mendung menggantung pekat merata. Melihat kondisi mendung begitu berat, secara logika sebentar lagi pasti hujan deras akan turun dan saya bersama tukang ojek tersebut akan basah kuyup kehujanan. Padahal keberangkatan ke kampus tak bisa ditunda lagi karena waktu terus berjalan, lantas bagaimana ya? Saya berpikir dalam hati.
Ah... sudahlah. Saya kesampingkan saja ego yang mengkhawatirkan tersebut. Karena sejatinya saya dan mendung itu sama saja, yakni sama-sama makhluk Tuhan yang sedang mengemban tugasnya masing-masing di dunia. Saya menghargainya, dan tak ingin mengganggu mendung dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana saya juga tak suka bila ada yang mengganggu saya dalam melaksanakan tugas-tugas saya. Kemudian dalam hati kecil saya berkata : "wahai mendung... memang aku sedikit khawatir akan kehujanan, tetapi aku juga tahu bahwa engkau hanya melaksanakan tugasmu saja. Baiklah.... laksanakan saja tugasmu itu dengan baik. Kalau Tuhan menghendaki engkau turun saat ini, disini, membasah kuyupkan aku, ya turun sajalah, aku ikhlas..." sembari menarik nafas dalam-dalam, dan melepaskannya kembali...
Kemudian tak lama setelah saya berangkat, hujan benar-benar turun dengan derasnya. Nah apakah saya kehujanan...?
Alhamdulillah.... Ternyata aman. Begitu saya sampai di gedung kampus hujan baru turun.
Itu adalah salah satu contoh kecil tentang berlatih hening. Pertanyaannya, bagaimana bisa saya tidak kehujanan? Apakah itu suatu kebetulan saja? Entahlah... Itu tergantung dari hati, jiwa, pikiran dan batin kita. Silahkan mencobanya sendiri, aplikasikan hal ini pada apapun masalah sehari-hari yang anda hadapi. Nanti akan tahu jawabanNya dengan sendirinya.
Intinya hening itu harus meniadakan ego, meniadakan keinginan apapun (termasuk keinginan untuk hening itu sendiri), mengkosongkan logika berpikir, meniadakan penilaian, dan meniadakan keberpihakan terhadap segala sesuatu apapun. Sehingga takkan ada lagi yang namanya benar-salah, senang-sedih, bahagia-derita, sakit-sehat, baik-buruk, dan lain sebagainya.
Hal ini bisa dilatih dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalkan saat jalan-jalan ke pasar ataupun mall, coba hilangkan keinginan membeli sesuatu (kecuali yang benar-benar sedang dibutuhkan), coba hilangkan penilaian barang ini bagus barang itu jelek, stop pikiran, batin, dan mulut yang ingin mengomentari sesuatu, misalnya penampilan seseorang, dll. Jadikan pikiran kita tawar. Kosong. Seolah tidak ada apa-apa. Kalau rutin tiap hari disiplin berlatih, hingga menjadi suatu kebiasaan maka kondisi hening tersebut akan tercapai dengan sendirinya. Sehingga keajaiban-keajaiban akan datang dengan sendirinya juga, tanpa perlu dikondisikan atau diharap-harap lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar