بسمالله رحمن رحيم
sajikan sebagi berikut,
Sena adalah anak kedua dalam lima bersaudara keluarga pandawa. Nama itu diberikan sebagai penanda kelahirannya. Bayi sena dilahirkan dengan terbungkus kulit tebal seperti cangkang. Sudah ratusan senjata dikerahkan untuk memecahkan cangkang tersebut namun tidak satupun berhasil memecahkannya, cangkang tersebut tetap kokoh tak bergeming. Sampai pada suatu ketika batara bayu memberikan petunjuk untuk mendatangkan seekor gajah sakti bernama sena. Batara bayu sendiri masuk kedalam tubuh gajah sena untuk memecah cangkang keras tersebut. Hingga akhirnya si bayi ajaib itupun keluar dari cangkangnya dan langsung tumbuh besar bisa berjalan, berlari, menendang dan memukul. Sang bayi ajaib mengejar gajah sakti tersebut dan memukulnya hingga mati. Tubuh gajah ambruk namun langsung musnah tak berbekas. Jiwa si gajah memasuki tubuh bayi, begitupun dengan batara bayu yang menyatu sejiwa dengan sang bayi ajaib tersebut. Bayi ajaib itupun diberi nama Sena. Ada yang menyebut Arya Sena, Bima sena, Bratasena dan setelah dewasa dikenal dengan Raden Werkudara.
Sena adalah putra Prabu
Pandu Dewanata raja Astina. Putra Pandu
yang berjumlah lima (Pandawa) adalah Yudhistira, Sena, Arjuna, Nakula dan
Sadewa. Sebagai putra bangsawan Astina, Sena beserta saudara saudaranya dididik
oleh seorang guru yang mumpuni, bijaksana dan sakti mandraguna bernama Resi
Drona. Atas didikan guru Resi Drona inilah Arya Sena tumbuh menjadi pemuda yang
perkasa dan sakti mandraguna. Hingga dewasa Arya Sena terus berguru pada Resi
Drona, ia terus menghaturkan sembah bakti sebagai pertanda seorang ksatria yang
rendah hati dan bijak budi. Apapun yang diperintahkan oleh sang guru akan
dilaksanakannya.
Suatu hari ketika Arya Sena
sedang menghadap sang maha guru Resi Drona, Sena diperintahkan sang guru untuk
mencari air suci (tirta prawitasari)
yang dapat menyucikan jiwanya dan menjadikan sempurna hidupnya. Sena alias Bima
menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan perintah gurunya, kemanapun akan
ia jalani, rintangan seperti apapun akan ia hadapi demi mendapatkan air suci
itu.
Setelah mendapat petunjuk dari
Sang mahaguru Resi Drona berangkatlah Bima melalui hutan belantara Tibrasara di
gunung Candramuka untuk melaksanakan titah sang mahaguru. Jalan sulit dan
terjal, jurang curam berbatu, lebatnya hutan diiringi petir dan badai pun
dilaluinya. Hingga sampailah Bima didalam gua Gandawedana yang dihuni oleh dua
raksasa Rukmuka dan Rukmakala. Bima tidak sadar bahwa bahaya besar telah
menghadang di depan mata. Raksasa Rukmakala berteriak menggeram menakutkan
diikuti dengan suara Rukmuka yang tak kalah menyeramkan. Perkelahian tak
seimbangpun pun tak dapat terelakkan, dua raksasa melawan sesorang manusia.
Namun Raden Werkudara tetap unggul dan mampu mengalahkan kedua rakasasa
tersebut hingga tewas mengenaskan.
Setelah mengalahkan kedua
raksasa tersebut, Bima terus melakukan perjalanan hingga malam gelap gulita
dalam hutan belantara dan sampailah ia di tepi lautan. Ombak bergulung menerpa
batu karang menyambut kedatangan Bima di pinggir samudra. Tampak ragu ia
menatap tepi laut dengan ombak sebesar itu, terbayang olehnya akan bahaya besar
yang harus ia hadapi nantinya. Terbayang betapa sulitnya masuk kedasar samudra
untuk mencari air suci itu. Dalam keheningan hati, Bima memusatkan perhatiannya
dan membayangkan isi samudra raya hingga melupakan marabahaya dihadapannya.
Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana caranya untuk dapat menemukan tirta
prawitasari, air yang tanpa rupa, ibarat air yang melihat air, suksma berjiwa
penuh rahasia tersebut.
Dengan langkah tegap dan
semangat yang menyala nyala ia menceburkan diri ke laut, takkan mundur
menghadapi ombak samudra yang datang, bergulung, menyambut, menyeret dan
menelannya. Arya Sena menggunakan ilmu jalasengara untuk menyibak air dan
membawa dirinya hingga ketengah samudra.
Tanpa disadari dihadapannya tengah nenanti seekor naga besar yang liar
dan ganas dengan mulut menganga menakutkan. Singkat cerita naga besar tersebut
berhasil dibunuh oleh Bima dengan menggunakan kukunya yang tajam dan berbisa.
Arya Sena titisan Dewa Bayu telah datang diutus oleh gurunya, meskipun ia tidak
mengetahui hakikat tugasnya itu. Air
suci itu tak mungkin ditemukan bila tidak mendapat anugerah yang sebenarnya
dari yang Maha Kuasa.
Kini Arya Sena berada sendirian
ditengah laut, sunyi senyap tanpa teman dan tak ada siapa siapa. Sedang tak lama kemudian ia bertemu
dengan mahkluk kecil berambut panjang. Mahkluk kecil itu adalah seorang dewa yang dikenal sebagi dewaruci, perawakannya
seperti anak kecil yang sedang bermain main diatas air laut, namun
penampilannya seperti diri sena. Singkat
cerita dari pertemuan dengan Dewa Ruci inilah Arya Sena memperoleh pepadang
(pencerahan) mengenai hakikat diri yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar