Selasa, 14 Maret 2017

AIR KEHIDUPAN

بسمالله رحمن رحيم

Dalam tradisi Jawa, gambaran tentang perjalanan mencari kesucian (tasawuf)  terdapat pada kisah pewayangan dalam cerita "Dewa Ruci" tentang tokoh Arya Sena mencari Air Kehidupan. Nah cerita singkatnya saya
sajikan sebagi berikut, 

Sena adalah anak kedua dalam lima bersaudara keluarga pandawa. Nama itu diberikan sebagai penanda kelahirannya. Bayi sena dilahirkan dengan terbungkus kulit tebal seperti cangkang. Sudah ratusan senjata dikerahkan untuk memecahkan cangkang tersebut namun tidak satupun berhasil memecahkannya, cangkang tersebut tetap kokoh tak bergeming. Sampai pada suatu ketika batara bayu memberikan petunjuk untuk mendatangkan seekor gajah sakti bernama sena. Batara bayu sendiri masuk kedalam tubuh gajah sena untuk  memecah cangkang keras tersebut. Hingga akhirnya si bayi ajaib itupun keluar dari cangkangnya dan langsung tumbuh besar bisa berjalan, berlari, menendang dan memukul. Sang bayi ajaib mengejar gajah sakti tersebut dan memukulnya hingga mati. Tubuh gajah ambruk namun langsung musnah tak berbekas. Jiwa si gajah memasuki tubuh bayi, begitupun dengan batara bayu yang menyatu sejiwa dengan sang bayi ajaib tersebut. Bayi ajaib itupun diberi nama Sena. Ada yang menyebut Arya Sena, Bima sena, Bratasena dan setelah dewasa dikenal dengan Raden Werkudara.

Sena adalah putra Prabu Pandu  Dewanata raja Astina. Putra Pandu yang berjumlah lima (Pandawa) adalah Yudhistira, Sena, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Sebagai putra bangsawan Astina, Sena beserta saudara saudaranya dididik oleh seorang guru yang mumpuni, bijaksana dan sakti mandraguna bernama Resi Drona. Atas didikan guru Resi Drona inilah Arya Sena tumbuh menjadi pemuda yang perkasa dan sakti mandraguna. Hingga dewasa Arya Sena terus berguru pada Resi Drona, ia terus menghaturkan sembah bakti sebagai pertanda seorang ksatria yang rendah hati dan bijak budi. Apapun yang diperintahkan oleh sang guru akan dilaksanakannya.

Suatu hari ketika Arya Sena sedang menghadap sang maha guru Resi Drona, Sena diperintahkan sang guru untuk mencari air suci (tirta prawitasari) yang dapat menyucikan jiwanya dan menjadikan sempurna hidupnya. Sena alias Bima menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan perintah gurunya, kemanapun akan ia jalani, rintangan seperti apapun akan ia hadapi demi mendapatkan air suci itu.

Setelah mendapat petunjuk dari Sang mahaguru Resi Drona berangkatlah Bima melalui hutan belantara Tibrasara di gunung Candramuka untuk melaksanakan titah sang mahaguru. Jalan sulit dan terjal, jurang curam berbatu, lebatnya hutan diiringi petir dan badai pun dilaluinya. Hingga sampailah Bima didalam gua Gandawedana yang dihuni oleh dua raksasa Rukmuka dan Rukmakala. Bima tidak sadar bahwa bahaya besar telah menghadang di depan mata. Raksasa Rukmakala berteriak menggeram menakutkan diikuti dengan suara Rukmuka yang tak kalah menyeramkan. Perkelahian tak seimbangpun pun tak dapat terelakkan, dua raksasa melawan sesorang manusia. Namun Raden Werkudara tetap unggul dan mampu mengalahkan kedua rakasasa tersebut hingga tewas mengenaskan.

                           

Setelah mengalahkan kedua raksasa tersebut, Bima terus melakukan perjalanan hingga malam gelap gulita dalam hutan belantara dan sampailah ia di tepi lautan. Ombak bergulung menerpa batu karang menyambut kedatangan Bima di pinggir samudra. Tampak ragu ia menatap tepi laut dengan ombak sebesar itu, terbayang olehnya akan bahaya besar yang harus ia hadapi nantinya. Terbayang betapa sulitnya masuk kedasar samudra untuk mencari air suci itu. Dalam keheningan hati, Bima memusatkan perhatiannya dan membayangkan isi samudra raya hingga melupakan marabahaya dihadapannya. Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana caranya untuk dapat menemukan tirta prawitasari, air yang tanpa rupa, ibarat air yang melihat air, suksma berjiwa penuh rahasia tersebut.

Dengan langkah tegap dan semangat yang menyala nyala ia menceburkan diri ke laut, takkan mundur menghadapi ombak samudra yang datang, bergulung, menyambut, menyeret dan menelannya. Arya Sena menggunakan ilmu jalasengara untuk menyibak air dan membawa dirinya hingga ketengah samudra.  Tanpa disadari dihadapannya tengah nenanti seekor naga besar yang liar dan ganas dengan mulut menganga menakutkan. Singkat cerita naga besar tersebut berhasil dibunuh oleh Bima dengan menggunakan kukunya yang tajam dan berbisa. Arya Sena titisan Dewa Bayu telah datang diutus oleh gurunya, meskipun ia tidak mengetahui hakikat tugasnya itu.  Air suci itu tak mungkin ditemukan bila tidak mendapat anugerah yang sebenarnya dari yang Maha Kuasa.

Kini Arya Sena berada sendirian ditengah laut, sunyi senyap tanpa teman dan tak ada siapa siapa. Sedang tak lama kemudian ia bertemu dengan mahkluk kecil berambut panjang. Mahkluk kecil itu adalah seorang dewa yang dikenal sebagi dewaruci, perawakannya seperti anak kecil yang sedang bermain main diatas air laut, namun penampilannya seperti diri sena.  Singkat cerita dari pertemuan dengan Dewa Ruci inilah Arya Sena memperoleh pepadang (pencerahan) mengenai hakikat diri yang sejati.


Tampilan Spoiler untuk Menyembunyikan Teks atau Kode

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

HASIL BUKANLAH PRODUK DARI SANG PENCIPTA

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Musa A.S. ditugasi mengimankan Fir'aun, tetapi sampai akhir hayat Fir'aun tetap m...